Tari Topeng Tumenggung
Tari Topeng
Temenggung Simbol Ksatria yang Berwibawa. Istilah Tumenggung sebagai
GelarKebangsawanan BupatiDi Jawa bagian Barat, selain pangeran,adipati, atau
aria, istilah tumenggungmenunjuk juga kepada gelar yang dipakaioleh umumnya
yang berkedudukan bupati(Lubis, 2000: 315-320). Bersangkut-pautdengan hal ini
pada masa lampau dikenalnama-nama seperti: R. Tmg. Wiranata-kusumah, R. Tmg.
Wiraminangun, R. Tmg.Ardi-kusumah, R. Tmg. Anggadire ja(Bandung), R. Tmg.
Suriadilaga dan Tmg.Aria Suria Kusumah Adinata (Sumedang),R. Tmg. Wiradadaha
dan R. Tmg. Sacapati(Sukapura/Tasik-malaya), R. Tmg. Wira-ne gara (Cianjur), R.
Tmg. Jaye ngpatiKertanegara, R Tmg. Natanagara, R. Tmg.Wiradikusumah, R. Tmg.
Aria Sunarya(Galuh/Ciamis), R. Tmg. Wangsareja, R.Tmg. Wangsadireja
(Limbangan/Garut) Dalam suatu rangkaian penyajianTopeng Cirebon, Tari
Tumenggung biasanyaditempatkan pada urutan ke empat yaitusetelah Panji,
Pamindo, dan Rumiang.Mengikuti pola penyajian tersebut, TariTumenggung dibagi
ke dalam tigaadegan,yaitu: 1) tahapdodoan); 2) tahapunggahtengah; dan 3)
tahapdeder.Khusus padatahapunggah tengahtokoh Tumenggungtampil duet bersama
tokoh Jinggananom,dan kedua-nya terlibat dalam suatu dialogyang dilanjutkan
dengan adu kekuatan.
Cirebon merupakan salah satu daerah
yang kuat akan budaya keseniannya termasuk Seni Tari, setiap daerah mempunyai
ciri khas Tari yang berbeda dengan daerah lainnya. Salah satunya adalah tari
topeng Tumenggung.Tari Topeng Tumenggung, melambangkan kehidupan manusia yang
sudah menemukan jati dirinya dan sudah dapat membedakan sifat yang baik dan
buruk, dan mempunyai prinsip. Tari Topeng Tumenggung menggambarkan Manusia
yang berkuasa atas dirinya sendiri, tidak ada larangan dari siapapun terkecuali
dari dalam dirinya yang berasal dari kesadaran sepiritual berupa etika dan
agama. filsafat kehidupan yang menggambarkan sisi lain dari diri setiap
manusia.Pakaian serba hitam, mengikuti iringan lagu gamelan menjadi sebuah
persembahan penari di daerah Cirebon, Jawa Barat. Mengenakan celana sebatas
lutut dan penutup kepala atau yang disebut sobra sebagai hiasan yang melekat di
kepala. Topeng merah dengan kumis tebal memperlihatkan karakter yang gagah juga
berwibawa. Itulah kira-kira gambaran tari Topeng Temenggung, sebuah tari yang
menceritakan ksatria berjiwa arif juga budiman.Tari Topeng Temenggung merupakan
salah satu dari lima tari topeng Cirebon, selain Tari Topeng Panji, Tari Topeng
Samba, Tari Topeng Rumyang, dan Tari Topeng Kelana. Kelima tari topeng Cirebon
tersebut memiliki karakter dan unsur yang berbeda-beda saat dipentaskan.Khusus
Tari Temenggung, tari ini menceritakan sebuah ksatria yang gagah berani
berperang melawan angkara murka. Sosok ksatria tersebut disimbolkan oleh
Temenggung, yaitu seorang Adipati dari Magadiraja yang berjiwa pemberani,
dihadapkan oleh sang perusuh yang bernama Jinggaanom.Dalam gerakan Tari
Temenggung, tubuh sang penari terlihat tegap juga elegan. Ini melambangkan sang
penari tengah menjadi ksatria yang gagah dan tangkas. Gerakan punggung dan
tangan sangat tegas, memperlihatkan tarian ini adalah tarian yang melambangkan
seorang ksatria. Walaupun melambangkan ksatria yang gagah, namun tidak jarang
tari ini di bawakan oleh kaum wanita.Tari Topeng Tumenggung diiringi oleh musik
gamelan yang dipadukan dengan gendang. Sementara lagu yang biasa digunakan
untuk mengiringi pementasan adalah lagu temenggungan, barendodoan, dan
barenkering. Tari tradisional Cirebon ini biasa dipentaskan baik secara
perorangan maupun kelompok.Pakaian serba hitam, mengikuti iringan lagu gamelan
menjadi sebuah persembahan penari di daerah Cirebon, Jawa Barat. Mengenakan
celana sebatas lutut dan penutup kepala atau yang disebut sobra sebagai hiasan
yang melekat di kepala. Topeng merah dengan kumis tebal memperlihatkan karakter
yang gagah juga berwibawa. Itulah kira-kira gambaran tari Topeng Temenggung,
sebuah tari yang menceritakan ksatria berjiwa arif juga budiman.Tari Topeng
Temenggung merupakan salah satu dari lima tari topeng Cirebon, selain Tari
Topeng Panji, Tari Topeng Samba, Tari Topeng Rumyang, dan Tari Topeng Kelana.
Kelima tari topeng Cirebon tersebut memiliki karakter dan unsur yang
berbeda-beda saat dipentaskan.Khusus Tari Temenggung, tari ini menceritakan
sebuah ksatria yang gagah berani berperang melawan angkara murka. Sosok ksatria
tersebut disimbolkan oleh Temenggung, yaitu seorang Adipati dari Magadiraja
yang berjiwa pemberani, dihadapkan oleh sang perusuh yang bernama
Jinggaanom.Dalam gerakan Tari Temenggung, tubuh sang penari terlihat tegap juga
elegan. Ini melambangkan sang penari tengah menjadi ksatria yang gagah dan
tangkas. Gerakan punggung dan tangan sangat tegas, memperlihatkan tarian ini
adalah tarian yang melambangkan seorang ksatria. Walaupun melambangkan ksatria
yang gagah, namun tidak jarang tari ini di bawakan oleh kaum wanita.Tari Topeng
Tumenggung diiringi oleh musik gamelan yang dipadukan dengan gendang. Sementara
lagu yang biasa digunakan untuk mengiringi pementasan adalah lagu temenggungan,
barendodoan, dan barenkering. Tari tradisional Cirebon ini biasa dipentaskan
baik secara perorangan maupun kelompok.Bagi masyarakat Cirebon, topeng dianggap
sakral. Selain sebagai simbol dari tanggung jawab, topeng juga dianggap sebagai
jati diri seseorang.
Tari (Topeng) Tumenggung sebagaikarya seni masa lampau
telah turut mene-gaskan salah satu fungsi seni, yaitu fungsikomunikasikhususnya
pada tataranpro-methean,yaitu seni yang dapat mening-katkan moralitas,
filsafat, dan pengetahuanmanusia (Morawski dalam: Liang Gie, 1996:50-51).Topeng
Cirebon yang sekarang dicapsebagai kesenian tradisional dan kentalpakem pada
kenyataannya merupakanhasil perubahan secara terus-menerus olehtangan-tangan
terampil (para creator)masalampau. Berdasar pada anggapan tersebutkiranya dapat
ditegas-kan kembali bahwayang dikatakan kebudayaan (kesenian)tradisional itu
adalah dinamis, jelasnyasenantiasa berubah, sehingga sulit untukdite lusuri
mana s e sungguhnya yangdise but ‘asli’ itu. Ge jala-ge jala yangsekarang
dikatakan tradisional boleh jadimerupakan hasil transformasi pada masalampau,
dan gejala-gejala yang pada masalampau dikatakan tradisional, juga bolehjadi
merupakan hasil transformasi padamasa sebelumnya. Seniman pinggiran yangdipandang
rendahan ternyata memilikiketajaman di dalam membaca situasi sosial,serta
memiliki ke mampuan di dalammengekspresikan lewat simbol-simbol seni.Untuk
keperluan penyampaian pesan(unek-unek) dan kebutuhan hajat hidup,seniman lampau
‘terpaksa’ untuk mela-kukan perubahan terhadap sesuatu yangditerima dari
leluhurnya.Sebagai kata akhir, dari perspektif ke-ilmuan seni,Tari
Tumenggungyang munculsejak masa kolonial tergolong ke dalamparodi dan masuk
dalam bingkai post-modern. Bersandar pada anggapan tersebutbilamana pengertian
posmodern berfokuspada kode ganda, maka pos-modernismesesungguhnya sudah lama
muncul padadunia seni pertunjukan masa lampau.
Dal am ce ri ta Damarwulan
sangatmungki n Tari Pamind o menggambarkantokoh-tokoh Kencanawungu, Damarwulan,atau
Anjasmara; Tari Rumiang menggam-barkan Layang Seta atau Layang Kumitir, danTari
Tumenggung menggambarkan PatihLogender.2Di Slangit, Tari Topeng Tumenggung
biasad ise but ‘tari pe cian’. Pe rtunj ukan pad aperayaanhajatan biasanya
diselingi olehbri-manan ataunyarayuda.3Raja kecil memiliki arti konotatif
yaitupenguasa.4Periksa Lubis(1998:190).5Sampai sekarang habitat topeng
adalahwilayah pinggiran seperti: Slangit, Gegsik,Losari, dll.6Mengenai istilah
gambuh ini rupa-rupa-nya terjadi pergeseran arti. Menurut Poerba-tjaraka (1968:
43) Gambuh (Gambuh WargaAsmara) adalah Candra Kirana yang menya-mar sebagai
laki-laki untuk mengadakan per-tunjukan di kota Gegelang dalam Cerita
Panji.7Periksa Nugraha(1982-1983:45)8Negeri (Tumenggungan) Jongjola itu(semula)
adalah bawahan Bawarna, tetapikemudian Jinggananom ingin merdeka, memi-liki
kedaulatan sendiri, dan karena itu ia taklagi melakukanseba atau mengirim upeti
keBawarna (periksa Suanda dalam Nalan, ed.1996:30).9Diketahui lebih lanjut
tokoh Jinggananomtidak ditarikan oleh ’penari’ melainkan olehpenabuh gamelan
yang secara praktis tidakterampil dalam menari.10Periksa Nurwara, 2012:
Penyajian TariTopeng Tumenggung Perang JinggananomCirebon Gaya Slangit . STSI
Bandung th, 2012hlm. 125-127.
0 komentar:
Posting Komentar