Kedoknya
berwarna putih. Matanya liyep, pandangannya merunduk dan senyumnya dikulum.
Raut wajahnya (wanda) menunjukan seorang yang alim, tuturkatanya lemah-lembut
dan gerakannya halus. Dalam topeng Cirebon kedok ini ditarikan dalam karakter
alusan (halus) seperti halnya tokoh Arjuna dalam cerita wayang. Tariannya
menggambarkan seseorang yang berbudi luhur, penuh kesabaran dan tahan atas
segala godaan. Ini tercermin dari iringannya (musik) yang bertolak belakang
(kontras) dengan tariannya. Tari topeng Panji adalah tarian paradoks.
Menurut Endo
Suanda, inilah tarian paling halus dengan langkah-langkah minimalis lebih
banyak yang menampilkan gerak “diam yang dinamis”. Teknik gerakan jauh dari
spektakuler, nyaris monoton dan “kurang menarik” bagi penonton awam. Meskipun
demikian, tarian ini justru yang paling sukar ditarikan, karena diperlukan
disiplin keras, penahanan diri, memakan tenaga, sangat serius, dan amat tertib
sejak awal. Meskipun tarian ini merupakan tarian pertama, justru tarian ini
dipelajari oleh para penarinya dalam tahap-tahap akhir, karena persyaratan
tariannya yang demikian ketat. Bagian-bagian gerak tari Panji ini akan diulang
dalam keempat tarian yang kemudian menyusul. Lagu yang mengiringinya disebut
Kembang Sungsang, merupakan lagu terpanjang dan tersulit dimainkan. Iringan
lagu ini sering tampil kontras dengan gerak tariannya. Irama cepat dan bunyi keras, disambut gerak tari yang amat
minim, bahkan hampir tanpa gerak.
0 komentar:
Posting Komentar