Kamis, 02 Januari 2020

asal usul tari topeng tumenggung



1
Hasil gambar untuk tari topeng tumenggung

Tari Topeng Temenggung Simbol Ksatria yang Berwibawa. Istilah Tumenggung sebagai GelarKebangsawanan BupatiDi Jawa bagian Barat, selain pangeran,adipati, atau aria, istilah tumenggungmenunjuk juga kepada gelar yang dipakaioleh umumnya yang berkedudukan bupati(Lubis, 2000: 315-320). Bersangkut-pautdengan hal ini pada masa lampau dikenalnama-nama seperti: R. Tmg. Wiranata-kusumah, R. Tmg. Wiraminangun, R. Tmg.Ardi-kusumah, R. Tmg. Anggadire ja(Bandung), R. Tmg. Suriadilaga dan Tmg.Aria Suria Kusumah Adinata (Sumedang),R. Tmg. Wiradadaha dan R. Tmg. Sacapati(Sukapura/Tasik-malaya), R. Tmg. Wira-ne gara (Cianjur), R. Tmg. Jaye ngpatiKertanegara, R Tmg. Natanagara, R. Tmg.Wiradikusumah, R. Tmg. Aria Sunarya(Galuh/Ciamis), R. Tmg. Wangsareja, R.Tmg. Wangsadireja (Limbangan/Garut) Dalam suatu rangkaian penyajianTopeng Cirebon, Tari Tumenggung biasanyaditempatkan pada urutan ke empat yaitusetelah Panji, Pamindo, dan Rumiang.Mengikuti pola penyajian tersebut, TariTumenggung dibagi ke dalam tigaadegan,yaitu: 1) tahapdodoan); 2) tahapunggahtengah; dan 3) tahapdeder.Khusus padatahapunggah tengahtokoh Tumenggungtampil duet bersama tokoh Jinggananom,dan kedua-nya terlibat dalam suatu dialogyang dilanjutkan dengan adu kekuatan.

Cirebon merupakan salah satu daerah yang kuat akan budaya keseniannya termasuk Seni Tari, setiap daerah mempunyai ciri khas Tari yang berbeda dengan daerah lainnya. Salah satunya adalah tari topeng Tumenggung.Tari Topeng Tumenggung, melambangkan kehidupan manusia yang sudah menemukan jati dirinya dan sudah dapat membedakan sifat yang baik dan buruk, dan mempunyai prinsip. Tari Topeng Tumenggung menggambarkan Manusia yang berkuasa atas dirinya sendiri, tidak ada larangan dari siapapun terkecuali dari dalam dirinya yang berasal dari kesadaran sepiritual berupa etika dan agama. filsafat kehidupan yang menggambarkan sisi lain dari diri setiap manusia.Pakaian serba hitam, mengikuti iringan lagu gamelan menjadi sebuah persembahan penari di daerah Cirebon, Jawa Barat. Mengenakan celana sebatas lutut dan penutup kepala atau yang disebut sobra sebagai hiasan yang melekat di kepala. Topeng merah dengan kumis tebal memperlihatkan karakter yang gagah juga berwibawa. Itulah kira-kira gambaran tari Topeng Temenggung, sebuah tari yang menceritakan ksatria berjiwa arif juga budiman.Tari Topeng Temenggung merupakan salah satu dari lima tari topeng Cirebon, selain Tari Topeng Panji, Tari Topeng Samba, Tari Topeng Rumyang, dan Tari Topeng Kelana. Kelima tari topeng Cirebon tersebut memiliki karakter dan unsur yang berbeda-beda saat dipentaskan.Khusus Tari Temenggung, tari ini menceritakan sebuah ksatria yang gagah berani berperang melawan angkara murka. Sosok ksatria tersebut disimbolkan oleh Temenggung, yaitu seorang Adipati dari Magadiraja yang berjiwa pemberani, dihadapkan oleh sang perusuh yang bernama Jinggaanom.Dalam gerakan Tari Temenggung, tubuh sang penari terlihat tegap juga elegan. Ini melambangkan sang penari tengah menjadi ksatria yang gagah dan tangkas. Gerakan punggung dan tangan sangat tegas, memperlihatkan tarian ini adalah tarian yang melambangkan seorang ksatria. Walaupun melambangkan ksatria yang gagah, namun tidak jarang tari ini di bawakan oleh kaum wanita.Tari Topeng Tumenggung diiringi oleh musik gamelan yang dipadukan dengan gendang. Sementara lagu yang biasa digunakan untuk mengiringi pementasan adalah lagu temenggungan, barendodoan, dan barenkering. Tari tradisional Cirebon ini biasa dipentaskan baik secara perorangan maupun kelompok.Pakaian serba hitam, mengikuti iringan lagu gamelan menjadi sebuah persembahan penari di daerah Cirebon, Jawa Barat. Mengenakan celana sebatas lutut dan penutup kepala atau yang disebut sobra sebagai hiasan yang melekat di kepala. Topeng merah dengan kumis tebal memperlihatkan karakter yang gagah juga berwibawa. Itulah kira-kira gambaran tari Topeng Temenggung, sebuah tari yang menceritakan ksatria berjiwa arif juga budiman.Tari Topeng Temenggung merupakan salah satu dari lima tari topeng Cirebon, selain Tari Topeng Panji, Tari Topeng Samba, Tari Topeng Rumyang, dan Tari Topeng Kelana. Kelima tari topeng Cirebon tersebut memiliki karakter dan unsur yang berbeda-beda saat dipentaskan.Khusus Tari Temenggung, tari ini menceritakan sebuah ksatria yang gagah berani berperang melawan angkara murka. Sosok ksatria tersebut disimbolkan oleh Temenggung, yaitu seorang Adipati dari Magadiraja yang berjiwa pemberani, dihadapkan oleh sang perusuh yang bernama Jinggaanom.Dalam gerakan Tari Temenggung, tubuh sang penari terlihat tegap juga elegan. Ini melambangkan sang penari tengah menjadi ksatria yang gagah dan tangkas. Gerakan punggung dan tangan sangat tegas, memperlihatkan tarian ini adalah tarian yang melambangkan seorang ksatria. Walaupun melambangkan ksatria yang gagah, namun tidak jarang tari ini di bawakan oleh kaum wanita.Tari Topeng Tumenggung diiringi oleh musik gamelan yang dipadukan dengan gendang. Sementara lagu yang biasa digunakan untuk mengiringi pementasan adalah lagu temenggungan, barendodoan, dan barenkering. Tari tradisional Cirebon ini biasa dipentaskan baik secara perorangan maupun kelompok.Bagi masyarakat Cirebon, topeng dianggap sakral. Selain sebagai simbol dari tanggung jawab, topeng juga dianggap sebagai jati diri seseorang.

Tari (Topeng) Tumenggung sebagaikarya seni masa lampau telah turut mene-gaskan salah satu fungsi seni, yaitu fungsikomunikasikhususnya pada tataranpro-methean,yaitu seni yang dapat mening-katkan moralitas, filsafat, dan pengetahuanmanusia (Morawski dalam: Liang Gie, 1996:50-51).Topeng Cirebon yang sekarang dicapsebagai kesenian tradisional dan kentalpakem pada kenyataannya merupakanhasil perubahan secara terus-menerus olehtangan-tangan terampil (para creator)masalampau. Berdasar pada anggapan tersebutkiranya dapat ditegas-kan kembali bahwayang dikatakan kebudayaan (kesenian)tradisional itu adalah dinamis, jelasnyasenantiasa berubah, sehingga sulit untukdite lusuri mana s e sungguhnya yangdise but ‘asli’ itu. Ge jala-ge jala yangsekarang dikatakan tradisional boleh jadimerupakan hasil transformasi pada masalampau, dan gejala-gejala yang pada masalampau dikatakan tradisional, juga bolehjadi merupakan hasil transformasi padamasa sebelumnya. Seniman pinggiran yangdipandang rendahan ternyata memilikiketajaman di dalam membaca situasi sosial,serta memiliki ke mampuan di dalammengekspresikan lewat simbol-simbol seni.Untuk keperluan penyampaian pesan(unek-unek) dan kebutuhan hajat hidup,seniman lampau ‘terpaksa’ untuk mela-kukan perubahan terhadap sesuatu yangditerima dari leluhurnya.Sebagai kata akhir, dari perspektif ke-ilmuan seni,Tari Tumenggungyang munculsejak masa kolonial tergolong ke dalamparodi dan masuk dalam bingkai post-modern. Bersandar pada anggapan tersebutbilamana pengertian posmodern berfokuspada kode ganda, maka pos-modernismesesungguhnya sudah lama muncul padadunia seni pertunjukan masa lampau.

Dal am ce ri ta Damarwulan sangatmungki n Tari Pamind o menggambarkantokoh-tokoh Kencanawungu, Damarwulan,atau Anjasmara; Tari Rumiang menggam-barkan Layang Seta atau Layang Kumitir, danTari Tumenggung menggambarkan PatihLogender.2Di Slangit, Tari Topeng Tumenggung biasad ise but ‘tari pe cian’. Pe rtunj ukan pad aperayaanhajatan biasanya diselingi olehbri-manan ataunyarayuda.3Raja kecil memiliki arti konotatif yaitupenguasa.4Periksa Lubis(1998:190).5Sampai sekarang habitat topeng adalahwilayah pinggiran seperti: Slangit, Gegsik,Losari, dll.6Mengenai istilah gambuh ini rupa-rupa-nya terjadi pergeseran arti. Menurut Poerba-tjaraka (1968: 43) Gambuh (Gambuh WargaAsmara) adalah Candra Kirana yang menya-mar sebagai laki-laki untuk mengadakan per-tunjukan di kota Gegelang dalam Cerita Panji.7Periksa Nugraha(1982-1983:45)8Negeri (Tumenggungan) Jongjola itu(semula) adalah bawahan Bawarna, tetapikemudian Jinggananom ingin merdeka, memi-liki kedaulatan sendiri, dan karena itu ia taklagi melakukanseba atau mengirim upeti keBawarna (periksa Suanda dalam Nalan, ed.1996:30).9Diketahui lebih lanjut tokoh Jinggananomtidak ditarikan oleh ’penari’ melainkan olehpenabuh gamelan yang secara praktis tidakterampil dalam menari.10Periksa Nurwara, 2012: Penyajian TariTopeng Tumenggung Perang JinggananomCirebon Gaya Slangit . STSI Bandung th, 2012hlm. 125-127.











0 komentar:

Posting Komentar